1. Berdamailah dengan diri sendiri. Artinya, menciptakan suasana tenang dalam diri sendiri dan membuang berbagai pikiran negatif yang muncul
Cara-cara yang bisa dilakukan adalah:
a. Ambil jarak dengan cara mengurangi junlah pertemuan, atau bila perlu tidak bertemu sama sekali untuk sementara waktu.
b. Instropeksi diri. Tanyakan pada diri kita sendiri, apakah selama ini kita selalu mencari pembenaran atas segala tindakan yang kita lakukan terhadap mertua atau menantu? Ingatlah! Setiap perselisihan pasti melibatkan lebih dari satu orang, dan dalam hal ini tidak ada yang tidak bersalah.
2. Sadari bahwa setiap keluarga mempunyai budayanya sendiri-sendiri. Begitu juga antara menantu dan mertua, masing-masing memiliki budaya keluarga yang berbeda.
3. Ingatlah bahwa ketika seorang menantu menikah dengan anak kita misalnya, sesungguhnya ia telah menjadi anak kita sendiri. Pun sebaliknya dengan menantu, sehingga keduanya bisa menjalin kasih sayang seperti halnya orangtua dan anak.
4. Saling menyesuaikan diri dan saling memahami. Sadarilah bahwa sebagai individu tentu memiliki berbagai kekurangan. Seorang menantu atau mertua tentu pernah melakukan kekhilafan atau kesalahan dalam proses berinteraksi.
5. Jangan mudah terpancing dengan informasi atau gosip yang diberikan oleh pihak ketiga. Tidak selamanya pihak ketiga menjadi orang yang bisa kita percaya.
Jika mendapat pengaduan dari pihak ketiga mengenai sang mertua atau menantu terlepas dari kepentingan si pihak ketiga ingatlah bahwa besar kemungkinan ada kata-kata yang hilang atau ditambahkan yang menyebabkan sebuah informasi jadi melenceng dari maksud aslinya.
6. Jika kita membutuhkan orang lain utnuk curhat, pastikan orang tersebut benar-benar dapat dipercaya. Untuk hal ini, carilah orang-orang yang memang memiliki kompetensi dalam membantu penyelesaian masalah, seperti psikolog, keluarga, atau sahabat terdekat yang bijak serta berpengalaman dalam hal di atas. (padek 040109)
0 komentar:
Posting Komentar