Siapa yang tidak ingin prestasinya lebih baik dari teman sekelas. Keinginan tersebut memotivasi diri terus belajar agar bisa meraihnya. Akan tetapi, terkadang ambisi seperti itu membelot ke arah negatif, berujung pada iri hati. Wah gawat nih.
Iri hati dikenal sebagai salah satu penyakit hati (bukan lever ye), kudu dijauhi dan dibuang jauh-jauh. Salah satu ciri orang yang terjangkit iri hati ia selalu curiga berprasangka buruk. “Tuh orang dapat nilai sewaktu ujian kemarin liat jimat,” Pikiran seperti itu ibarat pupuk bagi tanaman iri, menyuburkan.
Sebenarnya apa sih penyebab iri tsb? Banyak. Pertama, kecintaan terhadap dunia yang berlebihan dan lupa akan akhirat. Kedua, merasa paling wah, pintar dan bisa segalanya namun ketika melihat kemampuan orang lain melebihinya ia merasa dicundangi. Ketiga, takabur dan sombong karena merasa sudah menguasai benar suatu bidang atau pelajaran dan ketika diberitahu teman atau guru merasa diremehkan. Keempat, merasa disaingi, takut bila kemampuannya tidak diakui lagi. Kelima, ambisius, hasrat untuk menguasai dan mepimpin yang berlebihan sehingga tidak rela orang lain menyamai kemampuannya. Keenam, tidak ingin berbagi kebaikan (ilmu), takut bila ilmunya tsb membuat orang lain lebih dikenal dan ia diabaikan.
Iri membuat penderitanya uring-uringan melihat orang lain mendapat nikmat atau memiliki kemampuan melebihinya, dan berusaha untuk menyaingi. Jika meradang, iri menjadi dengki yang berusaha untuk menghilangkan nikmat yang diperoleh saingannya. Kemudian mengasud orang lain agar menjauhi atau memusuhi saingannya dan ada juga yang mengadu domba. Rasulullah saw menjelaskan: “Hasad itu melalap kebaikan sebagaimana api memakan kayu”. (HR Abu Daud).
Gak mempan dengan memprovokasi, cara yang dianggap ampuh untuk melenyapkan musuhnya ialah dengan memfitnah. Akibat yang ditimbulkan tidak saja merugikan orang yang dianggap musuh melainkan dirinya sendiri. Ironisnya fitnah bisa berujung pada tindakan kriminal seperti yang telah dilakukan oleh kabil terhadap saudaranya habil. Maut nyaris merengut nyawa Nabi Yusuf AS akibat kedengkian saudara-saudaranya, seperti yang diabadikan allah dalam al-qur’an: “(Yaitu) ketika mereka berkata: Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai ayah kita daripada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata. Bunuhlah yusuf atau buanglah ia ke suatu daerah (yang tak dikenal) supaya perhatian ayahmu tertumpah kepadamu saja dan sesudah itu hendaklah kamu menjadi orang2 yang baik.” (QS Yusuf 8-9). Itulah buah dan iri hati. So, dangerous that.
Oleh sebab itu, jangan sampai terbesit niat untuk bersaing secara tidak sehat. Terapilah dengan menjauhi dan melakukan perilaku yang berlawanan dengan iri hati. Banyak cara yang bisa kamu lakukan misalnya saling berbagi ilmu dengan teman tanpa pandang kemampuan. End, saling terbukalah untuk kebaikan dan ilmu pengetahuan, sungguh kita tidak kuasa atas ilmu setitik pun. Well, don’t arrogant and don’t look people dumb of you. (p’mails edisi 138 tahun III)
0 komentar:
Posting Komentar