Labels

Senin, Februari 16, 2009

Cinta, Antara Emosi Dan Akal Sehat

Konon, energi paling dahsyat di dunia ini yang bisa mengalahkan energinya bom atom, kuatnya lubang hitam, dan dahsyatnya tubrukan astreoid-bumi adalah energi cinta. Dengan cinta, orang bisa melakukan hal-hal dari yang paling waras, sampai paling sinting. Cinta bisa bikin orang berubah baik kayak malaikat, namun bisa juga jadi jahat mirip setan. Cinta adalah satu hal yang mengandung banyak paradoks. Dia mencakupi semua serba kemungkinan dan semua serba ketidakmungkinan. Cinta bisa dijelaskan dengan kata-kata sedrhana maupun rumit. Namun, lebih sering lagi cinta itu tak bisa dijelaskan dengan bahasa sesederhana atau serumit. Pendek kata, cinta adalah cinta. Defenisi cinta ya cinta itu sendiri. Bingung?

Ah, sekarang mari kita tinggalkan bahasa filosofi cinta. Biarkan saja orang berdebat sampai berkarat mencari defenisinya. Bagian kita adalah merasakan, memaknai dan berpikir. Merasakan, maksudnya kita menerima ada perasaan cinta dalam hati terhadap lawan jenis. Kita terbuka terhadap adanya perasaan2 manusiawi semacam itu. Namanya juga makhluk yang diberi perasaan oleh tuhan. Wajar jika kita merasa tertarik pada seseorang. Toh hati kita tidak terbuat dari batu layaknya galatea, gadis sangat cantik dalam legenda yunani, yang hatinya terbuat dari batu hingga tidak bisa merasakan manis pedihnya mencintai dan dicintai. Hati kita juga tidak semata-mata terdiri atas daging dan darah. Ada bagian lain dalam hati kita, bagian yang bernama jiwa. Dengan jiwa inilah kita merasa.

Setelah merasakan cinta, kita baru bisa memaknainya. Maksudnya, kita boleh memutuskan akan mengarah kemana perasaan tertarik itu. Apakah mengarah kepada keinginan agar cintanya dibalas atau tidak. Kalau ada keinginan seperti ini, tentu otomatis ada darongan untuk proaktif dalam diri kita untuk menjemput cinta si dia. Sadar atau tidak, kita akan melakukan berbagai pendekatan. Misalnya, kita berusaha untuk selalu dekat dia, berkomunikasi dengan dia, atau berusaha bersahabat dengan teman-temannya. Pada tahap memaknai ini, kita juga akan menjumpai keputusan-keputusan yang menyangkut diri kita. Misalnya, cinta kita ditolak atau diterima. Apapun keputusannya, serta bagaimanapun rasa hati kita menghadapi keputusan itu, kita harus memaksa diri untuk masuk tahap ketiga, yakni berpikir, menggunakan akal sehat, maksudnya?

Begini, taruhlah kamu jadian dengan si A. Kamu begitu bahagia. Perasaan melambung-lambung ke langit ke tujuh. Lalu, sering waktu kalian berdua makin akrab, makin mencintai. Saking cintanya kamu sampai rela menyerahkan apapun padanya. Mulanya cuma pegangan, cium pipi, pelukan dan seterusnya. Kamu nggak bisa nolak, karena kamu cinta. Kalau nolak, kamu takut nanti kalian putus, dan kamu nggak mau itu terjadi. So, whatever happenlah, yang penting kalian terus bersama, apapun yang terjadi. Tak peduli gunung runtuh atau dunia mau perang nuklir sekalipun, yang penting hubungan kalian baik-baik saja.

Bagi yang ditolak, merasa putus asa, menderita, merasa hidup ini kejam, bahkan mungkin berpikir tak akan mau jatuh cinta lagi. Kamu menjadikan satu pengalaman singkat sebagai tolak ukur. Dua pengalaman ini, baik diterima maupun ditolak, bila disikapi dengan emosi dan tanpa logika, akan membuatmu menjadi manusia lemah.

Cinta membuatmu kehilangan daya kritis dalam menilai seseorang dan sebuah hubungan. Kamu menjadi orang yang bukan hanya dikendalikan oleh cinta, tapi juga lost dari kehidupan. Dalam bahasa inggris, lost artinya bukan cuma hilang, tapi juga sesat, sasar, tak menyatu, tak mengikuti. Dalam hal ini, lost bisa diartikan sebagai kehilangan kekuataan untuk mandiri, berdiri, menyatakan sikap sendiri, berkehendak dan melihat kehidupan dengan jernih dan logis. Kita kehilangan kekuataan untuk mengendalikan diri dari berbagai keadaan yang bersangkut paut dengan cinta. Kita lupa untuk berpijak, semata terjebak pada rasa suka atau tidak suka. Bukankah kehidupan ini sebaiknya dinilai dari baik atau buruk, benar, atau salah, dan bukan berdasar suka atau tidak?

Mungkin kamu saat ini tengah pacaran. Hasrat cintamu menggebu2 bersama dia. Namun, hal ini janganlah sampai membuatmu lost, hilang kendali, hingga welcome saja terhadap apa yang diinginkan si dia terhadap diri kamu. Apapun yang come saja terhadap apa yang diinginkan si dia terhadap diri kamu. Apapun terjadi, apapun yang kamu rasakan terhadapnya, tetaplah berpijak pada standar benar atau salah, baik atau buruk. Jika saat ini kamu tengah patah hati karena putus cinta, ingatlah bahwa hal itu hanyalah sekeping puzzle kehidupanmu. Merasa sedih, itu wajar. Tapi larut dalam duka berlarut-larut hingga punya niat tak ingin mencintai selamanya atau yang sintngnya, bunuh diri, itu yang nggak wajar.

So, bukan cuma marah aja yang perlu dikendalikan, cinta juga mesti dikontrol. Bila tidak, ia akan menjelma jadi ular, meliuk2 dalam kegelapan, menggigit, mengirimkan bisa ke dalam jantung, hingga kita terkapar, jadi tiada. (Maya Lestari GF)

0 komentar: